Sisters, kalian masih inget tanggal 21 April diperingati sebagai hari apa? Lho
apa ya? Lho, lho kok ada yang lupa? Betul banget tanggal 21 April diperingati
hari Kartini. Siapa yang tak mengenal Kartini? Sosoknya yang menjadi ikon
wanita tangguh, berjiwa pahlawan dan mengangkat derajat wanita Indonesia, mampu
mengubah pandangan dan cara berfikir bangsa Indonesia dahulu.
Beliau adalah wanita yang gigih memperjuangkan hak-hak wanita di Indonesia
pada masa dahulu. Jika tanpa pengorbanan beliau untuk kaum wanita, mungkin
kiprah kaum wanita hanya sekedar “pupur, dapur dan sumur” (kata orang jawa)
yang artinya, berdandan, memasak dan mencuci.
Namun belakangan ini, di era zaman modern yang serba ada seperti zaman
sekarang ini, kita dapat melihat banyaknya wanita karier serta berbagai profesi
kaum pria yang bisa digantikan posisinya
oleh kaum wanita. Tak jarang hal ini begitu lumprah dipandang dan bukan sebagai
pandangan tabu lagi seperti halnya pada zaman dahulu. Namun apabila dilihat
dengan kacamata pendidikan, kualitas sumber daya manusia di Indonesia belumlah
mampu secara keseluruhan untuk dapat bersaing dengan negara lain, khususnya
ASEAN.
Seperti yang dilansir oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia (www.kemenkeu.go.id) bahwa pada bulan November
2015, berdasarkan laporan hasil penelitian yang berjudul IMD World Talent
Report 2015 Indonesia menduduki peringkat ke-41 dari 61 negara di dunia yang di
survei. Sebelumnya Indonesia menduduki peringkat ke-25 pada tahun 2014. Survei tersebut
mempertimbangkan tiga faktor penting, antara lain pengembangan dan investasi,
faktor daya tarik suatu negara dan tak kalah pentingnya adalah faktor yang
terakhir yaitu kesiapan sumber daya manusia.
Peran sumber daya manusia amat sangatlah penting bagi kemajuan suatu
bangsa. Tak ayal, hal tersebut sering menjadi momok pikiran suatu bangsa. Menurut
ilmu sosiologi, pendidikan primer seorang anak berasal dari keluarganya, selanjutnya
diteruskan oleh para guru dan ilmu yang ia peroleh semasa sekolah. Peran orang
tua sangatlah sentral dalam meningkatkan performa murid. Pendapat tersebut sejalan
dengan apa yang disampaiakan oleh seorang wanita Indonesia kelahiran 26 Agustus
1962. Beliau akrab disapa Sri Mulyani.
FYI buat sisters Semasa beliau menjabat sebagai menteri, setiap kali
pengambilan raport anak-anak beliau, beliau menyempatkan hadir dan berdiskusi
dengan Bapak atau Ibu guru. Berdasarkan penelitian, sebanyak 80% peran orang
tua tidak memberikan masukan dalam pengambilan keputusan di sekolah, dan
sebanyak 30% tidak pernah berdiskusi dengan guru. Padahal keterlibatan orang
tua sendiri merupakan cara mudah dan efektif dalam meningkatkan kinerja sistem
pendidikan.
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh beliau, beliau merupakan Kartini
Pendidikan masa kini yang benar-benar memperhatikan pendidikan anak bangsa. Hal
ini dibuktikan dengan diresmikannya APBN yang beberapa output prioritasnya di bidang
pendidikan yang mencapai total penyerapan anggaran Rp 370 T.
Kiprah beliau tidak hanya berhenti sebagai Menteri Keuangan Indonesia saja,
beliau pernah menjadi salah satu dari tiga Managing Director untuk World Bank
Group, dan tugas beliau mengawasi 74 negara. Pada saat seluruh dunia terkena
dampak krisis finansial dan mengalami resesi pada tahun 2007-2008, Sri Mulyani
mampu membawa perekonomian Indonesia bertumbuh serta menghindari keterpurukan
ekonomi karena krisis. Dan kalian tahu enggak guys? Prestasi beliau ini mampu
mengantarkan Indonesia sebagai salah satu dari 3 negara berkembang di dunia
yang mampu tumbuh diatas 4% pada tahun 2009.