Kamis, 01 Oktober 2015
Selasa, 17 Februari 2015
EMPAT MASALAH PERBANKAN SYARIAH
1. Masayarakat belum siap dengan sistem syariat
Solusi:
Memberikan edukasi dan mencerdaskan masyarakat tentang ajaran syariah, terutama masalah ekonomi syariah.
2. Bank syariah belum memiliki SDM yang handal di bidang syariah. Sebagaimana pengakuan sekjend. Asosiasi Bank Syariah Indonesia.
Solusi:
a. Kata kuncinya adalah edukasi. Setiap pegawai, lebih-lebih praktisi bank syariah harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang ekonomi syariah.
b. Membuang pola pikir bank konvensional yang masih melekat pada mantan praktisi bank konvensional yang menjelma menjadi praktisi bank syariah.
3. Etika pelaku usaha sektor riil (nasabah peminjam modal) yang masih rendah.
Solusi:
a. Bank terjun langsung ke sektor riil.
b. Bank mensyaratkan adanya barang gadai yang bisa dicairkan jika ada penipuan.
c. Bank meminta hak untuk review dan menentukan pilihan untuk setiap langkah pengembangan usaha mudharib.
d. Membangun bank data untuk setiap pengusaha dan perilaku mereka. Sehingga bank bisa mengenali siapakah pengusaha yang layak mendapat amanah.
Bank menjalankan peran intermediasi antara pemodal dengan pelaku usaha. Dari usaha ini, bank berhak mendapat komisi.
4. Regulasi dan jaminan hukum yang belum sepenuhnya mendukung proyek syariah.
Solusi:
Semua pihak dihimbau untuk mewujudkan sistem perundangan yang mengakomodir syariah Islam.
5. Perlu kerja sama semua pihak untuk mewujudkan ekonomi masyarakat dan perbankan yang berbasis syariah.
(Sumber : Majalah Pengusaha Muslim No. 26)
Minggu, 15 Februari 2015
DATA SISWA DAN GURU ISLAM INDONESIA TERHADAP GERAKAN RADIKAL
Dukungan, Kesediaan & Partisipasi Atas Kekerasan
* Tingkat Kesetujuan terhadap tindakan:
-Menangkap atau menghakimi pasangan bukan suami istri, guru 48,2 %, siswa 74,3 %
-Perlawanan terhadap barat atas pengeboman yang dilakukan pelaku teroris, guru 7,5%, siswa 14,2 %.
-Membantu umat Islam di daerah konflik bersenjata, guru 37,8 %, siswa 48,9 %.
-Penyegelan dan perusakan rumah ibadah yang bermasalah, guru 40,9 %, siswa 52,3 %.
-Pengrusakan rumah atau fasilitas anggota aliran keagamaan sesat, guru 38,6%, siswa 68,0 %.
-Penyegelan dan perusakan tempat hiburan malam, guru 43,7%, siswa 75,3 %.
* Tingkat Kesediaan terhadap tindakan:
-Pembelaan dengan senjata terhadap umat Islam dari ancaman agama lain, guru 32,4%, siswa 43,3 %.
-Pengrusakan dan penyegelan rumah ibadah bermasalah, guru 24,5%, siswa 41,1 %.
-Pengrusakan rumah atau fasilitas anggota keagamaan sesat, guru 22,7%, siswa 51,3 %.
-Pengrusakan tempat hiburan malam, guru 28,1%, siswa 58,0 %.
-Penangkapan dan mengkahimi pasangan bukan suami istri, guru 51,9%, siswa33,1 %.
* Tindak kekerasan seperti tawuran sebagai solidaritas teman:
- 14,4 % siswa setuju
- 11,4 % siswa bersedia
- 8,5 % siswa pernah terlibat
Toleransi:
-Secara umum, tingkat toleransi guru PAI lebih rendah dibandingkan siswa, baik dalam lingkup sosial, sekolah, maupun politik.
-Hanya toleransi sosial terkait soal umum, yakni hidup bertetangga, guru PAI terlihat lebih toleran dibanding siswa.
-Tapi: toleransi sosial dalam hal pendirian rumah ibadah maupun penyelenggaraan acara keagamaan komunitas agama lain di tingkat lingkungan tempat tinggal, secara umum cukup rendah.
Menurut Baedowi, populasi yang dijadikan responden merupakan guru PAI di SMP dan SMA di Jabodetabek. Sementara untuk siswa SMP itu diambil hanya untuk Kelas 8 dn 9, SMA kepada siswa di seluruh kelas yang memiliki mata pelajaran agama yang berjumlah 611.678 orang. Jumlah total populasi guru PAI yang diambil sampel adala 2.639 orang, terdiri dari 1.639 guru PAI SMP dan 800 guru PAI SMA.
"Dari jumlah populasi itu hasilnya jumla total sampel guru yang valid ada 590 guru, di antaranya 327 guru PAI SMP dan 263 guru PAI SMA. Sementara jumlah total sampel siswa valid ada 993 siswa, antara lain 401 siswa SMP dan 592 SMA. Semua kita cek ulang dengan ketat dan melalui skrining," jelas Baedowi.
Batas kesalahan pengambilan sampel kurang lebih 3,6 persen untuk guru PAI dan 3,1 persen untuk siswa. -Tingkat pengenalan atas organisasi radikal, guru PAI 66,4 %, siswa 25,7 %
-Tingkat kesetujuan atas organisasi radikal, guru PAI 23,6 %, siswa 12,1 %
-Tingkat pengenalan pada tokoh radikal, guru PAI 59,2 %, siswa 26,6 %.
-Tingkat kesetujuan kepada tokoh radikal, guru PAI 23,8 %, siswa 13,4 %.
Langganan:
Komentar (Atom)
